Minggu, 24 November 2013

Shalat Duha

0 komentar
Shalat Duha

Sholat dhuha atau sholat sunah dhuha merupakan sholat sunah yang dikerjakan pada waktu dhuha. Waktu dhuha merupakan waktu dimana matahari telah terbit atau naik kurang lebih 7 hasta hingga terasa panas menjelang shalat dzhur. atau sekitar jam 7 sampai jam 11, tentunya setiap daerah berbeda, tergantung posisi matahari pada daerah masing-masing. Sholat dhuha sebaiknya dikerjakan pada seperempat kedua dalam sehari, atau sekitar pukul sembilan pagi. Sholat dhuha dilakukan secara sendiri atau tidak berjamaah (Munfarid).

Niat Shalat Duha :
Untuk niat sholat dhuha hampir sama dengan sholat sunah lainnya, yaitu sebagai berikut Ushallii sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa arti dalam bahasa Indonesia : Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah.
Tata Cara Shalat Duha :
Tata cara sholat dhuha hampir sama dengan sholat sunah pada umumnya yaitu :
  1. Setelah membaca niat seperti yang telah tertulis diatas kemudian membaca takbir,
  2. Membaca doa Iftitah
  3. Membaca surat al Fatihah
  4. Membaca satu surat didalam Alquran. Afdholnya rakaat pertama membaca surat Asy-Syam  dan rakaat kedua surat Al Lail  
  5. Ruku’ dan membaca tasbih tiga kali
  6. I’tidal dan membaca bacaannya
  7. Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali
  8. Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaanya
  9. Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
  10. Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya dilakukan sama seperti contoh diatas.
Jumlah Rakaat Shalat Duha :

Sholat dhuha dilakukan dalam satuan dua rakaat satu kali salam. Sementara itu untuk berapa jumlah maksimal sholat dhuha ada pendapat yang berbeda dari para ulama, ada yang mengatakan maksimal 8 rakaat, ada yang maksimal 12 rakaat, dan ada juga yang berbedapat tidak ada batasan.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perbedaan pendapat jumlah rakaat sholat dhuha silahkan simak penjelasan yang kami kutip dari konsultasi syariah di bawah ini
Pertama, jumlah rakaat maksimal adalah delapan rakaat. Pendapat ini dipilih oleh Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Dalil yang digunakan madzhab ini adalah hadis Umi Hani’ radhiallaahu ‘anha, bahwasanya Nabishalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumahnya ketika fathu Mekah dan Beliau shalat delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).
Kedua, rakaat maksimal adalah 12 rakaat. Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi, salah satu riwayat dari Imam Ahmad, dan pendapat lemah dalam Madzhab Syafi’i. Pendapat ini berdalil dengan hadis Anasradhiallahu’anhu
من صلى الضحى ثنتي عشرة ركعة بنى الله له قصرا من ذهب في الجنة
“Barangsiapa yang shalat dhuha 12 rakaat, Allah buatkan baginya satu istana di surga.” Namun hadis ini termasuk hadis dhaif. Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib. Tirmidzi mengatakan, “Hadis ini gharib (asing), tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.” Hadis ini didhaifkan sejumlah ahli hadis, diantaranya Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam At-Talkhis Al-Khabir (2: 20), dan Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah (1: 293).
Ketiga, tidak ada batasan maksimal untuk shalat dhuha. Pendapat ini yang dikuatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi. Dalam kumpulan fatwanya tersebut, Suyuthi mengatakan, “Tidak terdapat hadis yang membatasi shalat dhuha dengan rakaat tertentu, sedangkan pendapat sebagian ulama bahwasanya jumlah maksimal 12 rakaat adalah pendapat yang tidak memiliki sandaran sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Hafidz Abul Fadl Ibn Hajar dan yang lainnya.”. Beliau juga membawakan perkataan Al-Hafidz Al-’Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi, “Saya tidak mengetahui seorangpun sahabat maupun tabi’in yang membatasi shalat dhuha dengan 12 rakaat. Demikian pula, saya tidak mengetahui seorangpun ulama madzhab kami (syafi’iyah) – yang membatasi jumlah rakaat dhuha – yang ada hanyalah pendapat yang disebutkan oleh Ar-Ruyani dan diikuti oleh Ar-Rafi’i dan ulama yang menukil perkataannya.”
Setelah menyebutkan pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, As-Suyuthy menyebutkan pendapat sebagian ulama malikiyah, yaitu Imam Al-Baaji Al-Maliky dalam Syarh Al-Muwattha’ Imam Malik. Beliau mengatakan, “Shalat dhuha bukanlah termasuk shalat yang rakaatnya dibatasi dengan bilangan tertentu yang tidak boleh ditambahi atau dikurangi, namun shalat dhuha termasuk shalat sunnah yang boleh dikerjakan semampunya.” (Al-Hawi lil fataawa, 1:66).
Kesimpulan dan Tarjih
Jika dilihat dari dalil tentang shalat dhuha yang dilakukan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam jumlah rakaat maksimal yang pernah beliau lakukan adalah 12 rakaat. Hal ini ditegaskan oleh Al-’Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi dan Al-’Aini dalam Umdatul Qori Syarh Shahih Bukhari. Al-Hafidz Al ‘Aini mengatakan, “Tidak adanya dalil –yang menyebutkan jumlah rakaat shalat dhuha– lebih dari 12 rakaat, tidaklah menunjukkan terlarangnya untuk menambahinya.” (Umdatul Qori, 11:423)
Setelah membawakan perselisihan tentang batasan maksimal shalat dhuha, Syaikh Ibnu Utsaiminrahimahullah mengatakan,
“Pendapat yang benar adalah tidak ada batasan maksimal untuk jumlah rakaat shalat dhuha karena:
  1. Hadis Mu’adzah yang bertanya kepada Aisyah radhiallahu’anha, “Apakah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam shalat dhuha?” Jawab Aisyah, “Ya, empat rakaat dan beliau tambahi seseuai kehendak Allah.” (HR. Muslim, no. 719). Misalnya ada orang shalat di waktu dhuha 40 rakaat maka semua ini bisa dikatakan termasuk shalat dhuha.
  2. Adapun pembatasan delapan rakaat sebagaimana disebutkan dalam hadis tentang fathu Mekah dari Umi Hani’, maka dapat dibantah dengan dua alasan: pertama, sebagian besar ulama menganggap shalatnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika fathu Mekah bukan shalat dhuha namun shalat sunah karena telah menaklukkan negeri kafir. Dan disunnahkan bagi pemimpin perang, setelah berhasil menaklukkan negri kafir untuk shalat 8 rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah. Kedua, jumlah rakaat yang disebutkan dalam hadis tidaklah menunjukkan tidak disyariatkannya melakukan tambahan, karena kejadian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam shalat delapan rakaat adalah peristiwa kasuistik –kejadian yang sifatnya kebetulan– (As-Syarhul Mumthi’ ‘alaa Zadil Mustaqni’ 2:54).
Doa Shalat Duha :

Do’a Shalat Dhuha bahasa Arab :
Berikut ini merupakan bacaan doa sholat dhuha dalam bahasa arab
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Do’a Shalat Dhuha bahasa indonesia
Sedangkan bagi yang belum bisa membaca tulisan Arab, bisa membaca tekst latin di bawah ini
Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allahuma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ‘ibadakash shalihin.
Arti Doa Shalat Duha :
Di bawah ini merupakan arti dari bacaan sholat dhuha
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.
Keutamaan Shalat Duha :
Hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia

Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:

“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).

2. Ghanimah (keuntungan) yang besar

Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:

Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.

Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).

Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”

Mereka menjawab; “Ya!

Rasul saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)

3. Sebuah rumah di surga

Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:

“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)

4. Memperoleh ganjaran di sore hari

Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:

Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).

Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”

(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).

5. Pahala Umrah

Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).

Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:

“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).

6. Ampunan Dosa

“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)

Read full post »

Jumat, 01 November 2013

Sukses Dunia Akhirat

0 komentar
Cara Hidup Sukses Dunia Akhirat

Kebahagiaan dan kesuksesan adalah suatu keadaan yang selalu dicari dan menjadi dambaan setiap mahluk di muka bumi yang bernama manusia. Dalam pencarian itu dapat dikatakan setiap gerak, usaha dan langkah diupayakan. Seluruh waktu dicurahkan bahkan tidak jarang jiwa dan raga sekalipun dikorbankannya untuk mendapatkannya. Hanya sayang sekali, sejarah juga menunjukkan bahwa tidak semua manusia mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan. Banyak anak manusia yang tersesat di jalan, gagal bahkan tidak sedikit terperosok ke dalam lubang kehancuran.
Apa sebenarnya kesuksesan dan kebahahagiaan itu? Selama ini kesuksesan itu lebih banyak dilihat sebagai suatu keadaan atau konsep saja, padahal sebenarnya kesuksesan itu adalah sebuah proses perjalanan dari pengalaman dan keahlian seorang anak manusia.

Kesuksesan adalah sejumlah kebiasaan yang harus dilakukan dengan baik, sabar serta dibutuhkan waktu dan pengorbanan. Karena kebiasaan dan penerapannya itulah yang akan menentukan keberhasilan seseorang, baik dalam kaitannya dengan status sosial, kedudukan, maupun keahliannya dalam melakukan tugas.

Dengan demikian 9 Kebiasaan agar manusia dapat menjadi sukses adalah:

a. Berusaha mencapai keunggulan,
b. Tentukan Tujuan,
c. Buat Rencana,
d. Susun Prioritas,
e. Konsentrasi (fokus),
f. Manajemen Waktu,
g. Berjuang melawan Diri Sendiri,
h. Pandai berkomunikasi,
i. Berfikir positif.

A. BERUSAHA MENCAPAI KEUNGGULAN
Kebiasaan ini merupakan salah satu yang terpenting dari sepuluh kebiasaan manusia sukses. Berusaha mencapai keunggulan adalah berusaha dengan tekun dan terus menerus guna mencapai keunggulan di dalam hidup.
Hal ini mengandung pengertian selalu berusaha untuk menjaga perkembangan diri, dengan meningkatkan kualitas keimanan, ahlak, hubungan dengan manusia dan memanfaatkannya untuk mewujudkan misi hidupnya.

Kebiasaan berusaha mencapai keunggulan dalam hidup terdiri atas 3 Aspek Penting, yaitu:

Pertama: Selalu Berusaha Untuk Meningkatkan Keimanan;
Iman merupakan faktor yang sangat menentukan. Faktor ini diperoleh dengan menjalin hubungan dengan Allah SWT secara terus menerus. Jika kita memiliki hubungan kuat dengan Allah SWT dan tingkat keimanan tinggi maka kita dapat mewujudkan misi hidup kita secara efektif. Keimanan sesorang dapat bertambah atau berkurang. Ia akan bertambah dengan ketaatan serta ibadah serta akan berkurang dengan kelalaian dan kealpaan.

Kebiasaan berusaha untuk mencari Keunggulan ini dapat menyebabkan seseorang memperoleh kebaikan dan hidayah yang lebih daripada hari sebelumnya. Allah telah mengisyaratkan hasil yang akan diperoleh seseorang jika ia berusaha untuk mencapai keunggulan keimanan ini.

Orang orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami (al – Ankabut 69)

Perumpamaan nafkah orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas karunia Nya lagi Maha Mengetahui (al Baqarah 261)

Hadis Kudsi:
“Barang siapa mendekat kepadaKu satu jengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta, Barang siapa mendekat kepadaKu satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya satu depan, Barang siapa datang kepadaKu dengan berjalan kaki, maka Aku akan mendatanginya dengan segera. Barang siapa menyebut Ku dalam sekelompok orang, maka Aku akan menyebutnya dalam kelompok orang yang lebih baik dari kelompok mereka.”

Hambaku selalu mendekat kepada Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, menjadi kakinya yang dia dia gunakan untuk berjalan, menjadi tangannya yang dia gunakan untuk menangkap. Jika ia minta kepada Ku, maka Aku akan memberinya, dan jika dia meminta perlindungan kepada Ku maka Aku akan melindunginya.”

Pada dasarnya perjalanan hidup seseorang manusia sangat terkait dengan aspek keimanan ini. Jika kehidupan manusia tidak dibangun di atas aspek ini maka kehidupannya tidak akan berarti.

Allah menggambarkan kondisi orang-orang yang tidak memenuhi kehidupannya dengan aspek keimanan dalam firmanNya:

Katakanlah apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan kufur terhadap perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak akan mengadakan penilaian bagi amalan mereka pada hari kiamat (al Khafi 103-105)

Sejalan dengan ini YM Abu dalam salah satu makalahnya (Menjadi Lebih Bahagia Dengan Menjalankan Ajaran Islam) menyatakan bahwa: “…Harapan kita sebenarnya hanya satu, yatu: marilah kita berlomba lomba untuk mencintai Tuhan di atas segala-galanya. Mencintai Tuhan berarti mencintai semua ketetapannya dan ketentuan Tuhan. Lebih kongkrit lagi, mencintai Tuhan harus diwujudkan dengan mengikuti sunnah Rasul Nya. Sebab dalam Al Qur’an Allah Berfirman: “katakanlah (kepada mereka hai Muhammad). Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”.

Kedua: Selalu berusaha untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan dalam bidang tertentu, produktifitas, optimalisasi dan efektifitas dalam pekerjaan atau profesi kita.

Seorang manusia yang tidak mau berusaha untuk mencapai keunggulan dalam pekerjaannya, tidak mengubah etos kerja dan produktifitasnya dan tidak mau berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi yang ada di dalam dirinya, ia akan tetap berada pada posisi tertentu, tidak akan mengalami kenaikan jabatan, tidak dapat meningkatkan penghasilannya. Sebaliknya seseorang yang memiliki jiwa luwes, gesit dan selalu berusaha untuk memperoleh yang lebih baik, maka ia akan selalu belajar, berusaha menyempurnakan pekerjaan dan meraih prestasi, selalu mencari peluang dan memperkuat faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktifitasnya.

Ketiga: berusaha untuk meningkatkan hubungan positif dengan orang lain.

Aspek ini merupakan permasalahan penting di dalam kehidupan manusia. Jika hubungan antara sesama manusia kita positif dan menyenangkan, maka kehidupan kita akan menjadi lebih produktif dan menyenangkan.

Tidaklah heran jika hubungan dengan sesama manusia itu merupakan hal terpenting dalam agama Islam, bahkan merupakan substansi dari agama. Juga tidaklah heran jika ahlak yang mulia dalam berinteraksi dengan orang lain merupakan satu sifat yang dapat menyebabkan seseorang manusia akan mendapatkan kedudukan yang tinggi, yaitu bersama dengan orang-orang yang jujur dan dekat dengan Rasulullah. Hadist: Orang yang paling dekat tempat duduknya diantara kalian dengan tempat dudukku di hari kiamat adalah orang yang paling baik ahlaknya. (Riwayat Tarmidzi).

YM Abu (dalam Makalahnya, “Berlomba-lomba menyempurnaka n Keislaman Kita”) mensitir Fatwa YM Ayahanda Guru yang berbunyi ”..Kalau perilaku tidak dipelihara, ia akan menghancurkan, memporakporandakan, membawa kita kepada neraka dan hambluminannas akan hancur, yang akan merusak pula habluminallah, karena hablumminallah dan habluminnas berpengaruh satu sama lain timbal balik…”.

Suatu pekerjaan dapat diganti dengan pekerjaan lain tetapi keluarga dan kerabat tidak dapat diganti. Dalam kaitan dengan usaha untuk mencapai keunggulan dalam aspek hubungan dengan sesama manusia ini, ada sebuah Hadist yang menyatakan “ Bergaulah dengan manusia dengan cara yang kamu harapkan, mereka juga menggunakannya ketika bergaul dengan kamu”.

Selanjutnya YM Abu menyatakan: “…sejak dahulu Ayah telah berkata dan berfatwa: jagalah selalu mulutmu, jangan berbicara yang lain selain daripada mengaggungkan dzikrullah atau memuji Allah SWT, memuliakan Rasulullah dan sega guru-guru kita, dan jika berjata, katakanlah yang bermanfaat, yang kreatif, jangan utarakan syakwasangka, gunjuing, irihati dendam kesumat, jangan lepaskan mulut engkau begitu saja yang akan menggores tajam dan melukai saudaramu kesana kemari, menikam kesana kemari dan akhirnya merusak masyarakatmu sendiri.”.

Kebiasaan berusaha mencapai keunggulan beserta ketiga aspeknya merupakan kebiasaan yang paling penting menuju pribadi yang sukses. Jika kita berusaha membentuk, melakukan dan melatihnya maka kehidupan kita akan berputar 180 derajat dan dapat kita wujudkan kebahagiaan dan kesuksesan yang diharapkan.

Kebahagiaan menurut orang bijak memiliki tiga sumber yang ada di dalam kehidupan manusia yaitu : Ridha Allah (berusaha mencapai kenggulan dalam aspek Iman); Melakukan pekerjaan secara sempurna dan Menyelesaikan segala urusan satu persatu; Membantu orang lain dengan cara menjaga etika dalam bergaul, berbuat baik kepadanya, mengorbankan sebagian waktu, usaha dan harta untuk kepentingannya.

B. TENTUKAN TUJUAN
Macam Tujuan dilihat dari sumbernya: Tujuan Ketuhanan, Tujuan Sosial dan Tujuan Individual
Tujuan ketuhanan ditentukan Allah SWT dengan maksud mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan Sosial merupakan penerapan dari tujuan pertama yang ditentukan oleh tuntutan zaman dan Tujuan Individual adalah yujuan yang ditentukan seseorang untuk dirinya sendiri.

C. SUSUN PRIORITAS
Yang dimaksud dengan menyusun prioritas adalah menyusun sejumlah tujuan, tugas dan pekerjaan, dimulai dari yang paling penting sehingga akan dapat diwujudkan tujuan-tujuan itu dalam waktu yang diberikan kepadanya. Waktu merupakan materi yang sangat mahal.

Kebiasaan menyusun prioritas harus dilakukan setiap hari. Ada dua macam prioritas :

1. prioritas pertama adalah prioritas yang bersifat tetap yaitu yang berkaitan dengan aspek ibadah.
2. prioritas kedua adalah prioritas yang bersifat tidak tetap yang dapat berubah yang berkaitan dengan pekerjaan dan sosial.

D. BUAT RENCANA
Secara singkat yang dimaksud dengan membuat rencana adalah meletakkan tujuan-tujuan kita dalam sebuah program kerja yang dapat dilaksanakan serta menentukan langkah-langkah yang dapat membantu menentukan tujuan. Menyusun rencana menjadikan kita siap untuk menentukan langkah selanjutnya.

E. KONSENTRASI
Konsentrasi adalah memusatkan perhatian pada tugas, tanggung jawab atau pekerjaan yang ada di hadapan serta berusaha melaksanakannya terus menerus sehingga benar-benar sampai pada tingkatan terakhir. Hambatan yang dapat menggangu konsentrasi diantaranya tidak adanya motivasi atau dorongan tidak adanya keahlian yang dibutuhkan, rendahnya tingkat kesabaran. Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang muslim untuk bersabar dan menguatkan kesabaranya.

F. MANAJEMEN WAKTU
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (al-Ashr : 1-3).

Dua nikmat yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang. Waktu berjalan dengan cepat seperti berjalannya awan. Kita tidak dapat berbuat apa-apa selain memanfaatkan dan memfungsikannya dengan baik atau membiarkannya berlalu begitu saja.

Bagaimana menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan waktu terbuang.
1. Pelajari tujuan-tujuan, rencana dan prioritas,
2. Letakkanlah tujuan-tujuan pada sebuah rencana periodik,
3. Buatkanlah daftar pekerjaan (kegiatan) yang akan dilakukan setiap hari,
4. Tutuplah semua jalan (hal) yang dapat memalingkan anda,
5. Manfaatkanlah waktu-waktu yang ada (tersisa),
6. Janganlah anda selalu berpasrah pada hal-hal yang bersifat mendesak,
G. BERJUANG MELAWAN DIRI SENDIRI.

“ Orang yang sukses adalah orang yang mengarahkan keinginannya, dan bukan orang yang menjadi budak keinginannya” (Perkataan orang bijak).

“Orang yang dapat mengalahkan nafsunya lebih hebat daripada orang yang dapat menaklukkan sebuah kota” (ungkapan India).

Berjuang melawan diri sendiri adalah berusaha secara terus menerus untuk mengalahkan, menaklukkan, mengendalikan dan membiasakan diri untuk menghadapi sejumlah tanggung jawab, berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai serta sabar dalam menghadapi kewajiban-kewajiban yang ada. Kebiasaan ini membutuhkan adanya proses pendidikan dan usaha yang sungguh-sungguh karena sifat manusia tidak hanya cenderung kepada sifat malas saja, tetapi juga selalu memerintahkan kepada kejahatan. Firman Allah SWT “ Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan” (S. Yusuf:53).


Bagaimana berjuang melawan diri sendiri :

1. Jadilah orang yang efektif dalam manajemen konflik dengan musuh utama anda (musuh utama manusia adalah setan).
2. Jadilah orang yang mampu mengatur konflik antara diri anda dengan musuh kedua anda dengan baik. (musuh kedua adalah diri anda sendiri).
3. Mendidik Jiwa : diantara cara-caranya diantaranya adalah Muraqabah(kontrol diri), Mujahadah (bersungguh-sungguh), Muhasabah (Introspeksi diri) dan taubat.


H. KEPIAWAIAN BERKOMUNIKASI
Seorang Profesor Amerika, Thomas Harrel (1986) di Universitas Stanford menyebutkan adanya keterkaitan antara sukses dalam kerja dengan proses komunikasi dalam kehidupan manusia. Kajian ini menemukan bahwa diantara standar kesuksesan terpenting adalah sifat terbuka dan inklusif dalam masyarakat. Hal ini ditentukan oleh tiga faktor :

1. pribadi yang terbuka dan fleksibel,
2. pribadi yang suka berbicara kepada orang lain, senang bekerja sama dengan mereka dan meyakinkan mereka,
3. pribadi yang suka kepemimpinan dan pengaruh atas orang lain.

Kajian ini menunjukkan Kesuksesan Hidup hanya sebagian kecil bergantung kepada keahlian kerja atau profesi yang dikuasainya yaitu sekitar 15 % sedangkan bagian besar 85 % bergantung pada keahlian berkomunikasi.

Sifat-sifat dan akhlak berikut merupakan dasar yang tepat dalam mebangun keahlian komunikasi :

1. bekerja demi mewujudkan cita-cita yang tinggi dan besar dalam kehidupan,
2. memberikan perhatian terhadap urusan umum dan tidak terfokus ada urusan pribadi saja,
3. kredibilitas yang tinggi,
4. bijak, hati-hati dan terbuka pada orang lain,
5. sabar dan mampu menampung orang lain,
6. menjadi teladan,
7. berani dan berkepribadian kuat,
8. semangat dan hangat pada orang lain,
9. mengahrgai dan memperhatikan urusan orang lain,
10. bertindak normal, wajar dalam berkata dan bekerja,


I. BERFIKIR POSITIF
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak mengahdapi berbagai kejadian yang mungkin negative atau kurang mengenakkan. Berfikir positif adalah mencari hal-hal positif dan baik dari peristiwa yang kita alami dan melupakan hal yang negatif.
Berfikir positif sangat penting di dalam kehidupan manusia karena dengan berfikir positif anda dapat mengubah hal-hal yang sulit menjadi produktif dan bermanfaat, serta menggunakannya untuk mewujudkan tujuan-tujuan anda dalam hidup ini. Sebaliknya dengan berfikir negatif akan membawa anda kepada kemurungan, kesedihan dan frustasi.

Contoh: Gelas yang setengahnya terisi dan setengahnya kosong
Orang yang berfikir positif: akan menjawab setengahnya penuh
Orang yang berfikir negative akan menjawab setengahnya kosong.

Ini adalah konsep simbolis tentang cara panda manusia terhadap sesuatu. Sebagian memandang dengan pandangan optimis sedangkan sebagian yang lain melihat dengan
pandangan pesimis.
- See more at: http://www.katailmu.com/2010/11/cara-hidup-sukse-dunia-dan-akhirat.html#sthash.2PZv38W2.dpuf
Read full post »

Sabtu, 19 Oktober 2013

0 komentar
Berhentilah mengeluh !!! Kalau pilihan sudah dijatuhkan tinggalah kita fokus di piihan itu sepenuh hati
tidak ada pikiran lain selain mencoba untuk bisa
Read full post »
 

Copyright © Catatan Donny Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger